ATM (Amati, Tiru, Modifikasi) dari cerita Keong Emas - CANGKANG EMAS MIRANDA
Miranda
Kerr dikenal sebagai gadis berdarah biru yang sombong. Sebelum kedua orang
tuanya meninggal, Miranda Kerr dibekali oleh kedua orang tuanya sebuah emas yang
menggunung yang terletak di bawah rumahnya yang megah layaknya istana di
kerajaan dongeng. Namun, setelah itu, dia tidak bisa langsung menikmati
limpahan emas pemberian orang tuanya. Dia justru menerima kesengsaraan.
Seorang pemuda yang melihat Miranda yang penuh dengan
bergelimbang harta sekaligus memiliki sifat yang sombong, merasa kesal. Saat
seseorang itu mengetahui bahwa kedua orang tua Miranda telah meninggal, dia
merasa senang dan berniat untuk membuat Miranda jera. Hingga pada suatu malam, pemuda
itu mulai menjalankan aksinya.
Niat dia adalah mengutuk rumah Miranda menjadi kecil
seperti rumah keong dengan bantuan ilmu sakti yang sudah satu tahun ini ia
pelajari dari nenek peyek. Rencananya
berjalan sangat lancar. Dimulai ketika malam hari pukul 12 malam. Pemuda yang
bernama Raden itu pergi keluar rumah tanpa berpamitan kepada ibunya yang tengah
tidur, dan sebenarnya Raden tidak tega untuk meninggalkan ibunya yang sedang
sakit. Tetapi, rasa kesalnya kepada Miranda Kerr tidak mampu dikalahkan.
“Maafkan aku ibu.” Gumam Raden ketika membuka pintu
rumahnya, dan lantas keluar dari rumah itu.
Setelah sampai, Raden yang mengenakan baju serba hitam,
langsung merentangkan tangannya. Merentangkan tangan adalah ritual yang harus
dilakukan agar kutukannya kepada Miranda sukses.
Butuh waktu 10 menit baginya untuk mengumpulkan seluruh
energi serta kekuatan. Sambil memandangi rumah Miranda yang besar nan sunyi
dari jarak 5 meter, Raden berkomat kamit mengucap sebuah mantra.
“Sebentar lagi kamu akan merasakan apa yang aku rasakan
dahulu. Menderita. Sengsara.”
Tak lama dari perkataan Raden tadi, rumah Miranda
langsung menyemburkan silau cahaya keemasan selama 7 menit. Selama 7 menit
berlangsung pun, Raden terus menyeringai penuh kemenangan. Hingga cahaya
keemasan yang menyilaukan itu menghilang berbarengan dengan rumah megah Miranda
yang juga hilang. Yang terlihat di sana, hanya ilalang-ilalang sepi tanpa isi.
Hari berikutnya pun, seluruh rakyat dibuat heran karena
hilangnya rumah Miranda yang hilang, dan juga pemilik rumahnya pun ikut hilang.
Berita kehilangan Miranda dan rumahnya pun sampai terdengar ke telinga ibu
Raden.
“Aneh sekali nak,” ucap ibu Raden sambil terbatuk-batuk.
Raden yang sedang mengeluarkan obat ibunya pun berusaha membuang muka dari
tatapan ibunya.
“Biarkan saja bu. Miranda itu gadis yang sombong.
Kehadirannya di sini tidak bermanfaat. Kekayaannya juga akan lenyap bersamaan
dengan sifatnya itu.”
“Raden, kamu tidak ibu ajarkan menjadi manusia pendendam.
Ibu sangat tahu akan sifat Miranda. Ibu tahu, kamu marah karena Miranda pernah
menolak mentah-mentah memberikan sedikit uangnya kepada kamu untuk perobatan
ibu, bukan? Tapi, yang perlu kita lakukan sekarang adalah melupakan itu.
Kejadian itu sudah lama, dan tidak perlu diingat-ingat. Kalau kita terus
mengingatnya, yang ada rasa sakit tidak akan pernah bisa hilang.”
“Tapi, kenapa ibu terus menyanyakan tentang hilangnya Miranda
dan rumahnya?”
“Ibu kasihan, dia hanya hidup seorang diri. Yang membuat
aneh, rumahnya pun raib. Tidak ada jejak sama sekali. Kecuali kalau rumah itu terbakar.
Rumah terbakar hingga hangus pun masih terlihat bekasnya.”
Raden menanggapi perkataannya ibu sambil mengangkat bahu.
Paginya, ibu Raden pergi ke sungai untuk mencuci baju
kotor milik dirinya dan Raden. Untuk sampai ke sungai itu, dia harus melewati
rumah Miranda yang sekarang sudah berubah menjadi ilalang. Ibu Raden
memandanginya, dan tak jauh dari sana ia sudah sampai di sungai. Ketika sedang
asyik mencuci ditengah-tengah kondisinya yang sedang tidak baik, ibu Raden
menemui sebuah keong yang cangkangnya emas menyilaukan. Cangkangnya sangat
unik, berbeda dengan keong-keong pada umumnya.
Akhirnya, ibu Raden berniat untuk membawa pulang keong
itu ke rumah. Setibanya di rumah, setelah mencuci pakaian. Ibu Raden menyimpan
keong itu ke dalam sebuah kotak. Dia pandangi terus. Terkadang sebuah cahaya
keluar dari keong itu. Raden yang melihat ibunya terus memandangi kotak, ikut
penasaran. Ternyata, kotak yang sedari tadi dipandangi ibunya berisi keong emas.
Setelah itu, Raden diberitahu oleh nenek peyek, bahwa ada
hal ganjil yang bersumber dari rumah Raden setelah kehadiran keong emas. Nenek
peyek tidak tahu pasti, yang ia tahu adalah keong emas itu bisa menyembuhkan
penyakit ibunya, dan keong emas itu bukan sembarang keong.
Ternyata betul apa kata nenek peyek. Sudah seminggu
lebih, Raden tidak melihat ibunya terbatuk-batuk. Badannya sehat bugar. Raden
pun ikut penasaran dengan keong emas itu. Suatu malam, dia mencoba ilmu yang
dia bisa aka nasal usul keong emas yang bisa merubah ibunya ini. Raden
berpikir, seandainya saja dia bertemu keong emas ini dari awal, dia tak perlu
memohon pada Miranda untuk meminta bantuan berupa uang.
Dua kali sudah ilmu yang Raden miliki dicoba, tetapi
hasilnya nihil. Menurut pemuda itu, mungkin ini hanya kebetulan saja atau keong
ini mungkin hanya binatang keberuntungan.
“Percaya atau tidak. Aku tetap berterima kasih kepadamu
keong emas,” Raden mengelus lembut cangkang emas itu, dan tiba-tiba kejadian
yang diinginkan terjadi. Raden merasakan kamarnya berguncang hebat seperti
ingin gempa. Dia berusaha menyeimbangkan tubuhnya. Kejadian itu berlangsung
selama 5 menit. Tiba-tiba saja, keong emas menyalakan sinarnya kembali, kali
ini lebih menyilaukan. Dan semenit kemudian, keong emas berubah menjadi seorang
gadis.
“Maafkan aku, Raden.” Raden terkejut ketika mendapati
sosok Miranda di depannya. “Aku tahu kamu yang melakukan ini padaku. Aku
melihat aksimu dari balik jendela rumahku, tetapi aku diam saja. Sejak
meninggalnya orangtuaku, aku kesepian dan mencoba untuk berubah. Tetapi
orang-orang tetap menganggapku sama saja, termasuk kamu. Namun, sekarang aku
bersyukur kamu mengutukku seperti ini, aku bisa merasakan yang namanya
kenikmatanku diambil.”
Sinar menyilaukan sudah tidak ada lagi, dan Raden masih
belum bertanya. Lantas pemuda itu menggeleng tak percaya. Miranda Kerr pun
kembali menjadi keong emas lagi, dan karena rasa kalut yang dimiliki Raden,
pemuda itu membanting keong emas hingga cangkangnya pecah. Warna emas yang bersumber
dari bongkahan emas yang terpendam di dalam rumahnya pun kini sudah menjadi
serpihan debu.
Ketika kejadian sudah terjadi, Miranda Kerr benar-benar
hilang dari bumi. Untuk hari-hari berikutnya, ibu Raden kembali mengalami
penyakit, malah semakin parah. Hingga ibu Raden meninggal dunia, dan Raden
kehilangan ibunya. Apa yang selama ini dikatakan ibunya benar sekali.