Perbedaan ‘Critical Eleven’ di Film dan di Novel
Hello…
hello… Bertemu lagi kita di blogqu yang keren ini. Hahaha *apasik* Kali ini gue
pengen ulas-ulas sedikit tentang Critical Eleven. Yang main socmed pasti udah
pada tau apa itu Critical Eleven, kalau nggak tau cek aja akun Instagram
Critical Eleven (criticaleleven) atau kalian bisa ke bioskop dan tanya-tanya
sama mba-mba bioskopnya “Critical Eleven itu apa?” atau kalian bisa ke toko
buku dan search buku Critical Eleven biar makin tahu, ya nggak? Hahaha *apadah
gue*
Well,
Critical Eleven itu adalah sebuah istilah yang ada di penerbangan gitu. Tapi di
sini gue pengen bahas bukan Critical Eleven itu tapi Critical Eleven yang
merupakan sebuah novel yang ditulis oleh seorang wanita keren yang bernama Ika Natassa.
Baiklah, Ika Natassa sekarang menjadi penulis kesukaan gue <3 NAH! Dan
novelnya dia sekarang sudah diadaptasi ke dalam sebuah film dengan judul yang
sama, lho. Amazing. Fyi, gue sudah baca novelnya dan sudah
nonton filmnya di hari ke-dua film itu diputar di bioskop.
Awalnya gue baca dulu tuh novelnya,
dan gue suka banget sama alur ceritanya, karakter di novel itu, terus
konfliknya tuh yang mungkin orang-orang mikir konflik rumah tangga seperti
itu-lah yang buat sebuah hubungan suami-istri semakin kuat. Azek…
Kemudian gue penasaran dong gimana
sih sama film CE ini. Setelah gue tonton, gue juga suka sama filmnya! Gue suka
dua-duanya! Novelnya bikin gue jatuh cinta, dan filmnya juga. Gue pikir bakal
mengecewakan atau apalah, ternyata tidak. Meskipun ada beberapa perbedaan dari
film dengan novelnya, tapi keseruan ceritanya nggak hilang sama sekali. Love!
Sukak!
Kalau ngomong-ngomong tentang
novelnya, di novel CE ini, alurnya kayak flashback
dan buat yang baca tuh penasaran. Kayak, ‘Kenapa
sih sama si Anya sampe bersikap begitu ke Ale?’ ‘Kasian si Ale, dia tuh kayak
sayaaaang banget sama istrinya. Tapi kenapa sama si Anya?’ terus gue
bertanya-tanya lagi pas baca novelnya, ‘Perasaan
di awal-awal tuh kayak mereka romantis banget. Saling sayang satu sama lain. Ya
kalau ada konflik seputar rumah tangga ya paling sepele gitu. Tapi ini kayak
besar gitu konfliknya, apa ya yang buat mereka seperti ini?’ #penasaran
Dan ternyata, setelah gue membaca
lembar halaman berikutnya, dan berikutnya, dan berikutnya, gue kayak langsung
sehati gitu. Iyalaaa, gue juga kalau jadi Anya bakal bersikap gitu. Sakit hati,
coy. Tapi tetep aja gue kasian sama Ale… huf…
Nggak berbeda nih sama novelnya,
filmnya juga keren abis. Apalagi filmnya diperankan oleh Reza Rahadian dan Adinia
Wirasti. Gue suka banget sama mereka pas peranin Ale dan Anya. Chemistry-nya
dapet sekaliii! Bedanya di filmnya mungkin kalau di film nggak flashback, di film alurnya maju. Soundtrack
yang ada di film ini menurut gue bagus parah. Isyana sebagai pengisi soundtrack
‘Sekali Lagi’ membawakan lagu dengan baik. Suaranya enak, bikin orang yang
nonton juga ikut ke dalam film itu. Ya… ikut sedih, ikut gemes, ikut kesel, ikut emosi, ikut galau, dan
ikut mikir bahwa pada sadarnya sesuatu yang seharusnya diperjuangkan ya memang
harus diperjuangkan
Terakhir, ada sedikit perbedaan yang
gue rasain di film ini. Seperti Ale yang di novel yang mana adalah Ale yang
cool dan sedikit bicara kalau di hadapan keluarganya, tetapi gue merasa Ale
yang di film lebih banyak bicara kalau di hadapan keluarganya (tapi tetep cool,
kok). But, overall very good. Pokoknya yang nge-direct film ini mantap
betul! Walaupun ada perbedaannya antara versi film dengan novel, ya nggak pa-pa. Namanya juga adaptasi, ya kan? Thank you so much, Tim Critcal Eleven sudah menghibur J
Dan yang belum baca novelnya, buruan
beli bukunya di Gramedia karena setahu gue novelnya udah ganti cover deh, lebih
cool. Dan tentunya dibaca. Kalau yang belum nonton, buruan nonton di bioskop.
Beli tiketnya!
Sekian.
sumber foto: www.brilio.net |