Pelajar Indonesia : Lihat kami dari sisi lain.

19.20 0 Comments A+ a-


Melihat bagaimana peran pelajar Indonesia yang sebagai generasi penerus bangsa cemerlang, tentu tidak lepas dengan kegiatan belajar dan prestasi yang dihasilkan. Pelajar saat ini memiliki beragam karakter, termasuk dalam menunjukkan potensi atau prestasi yang dimiliki. Untuk prestasi yang dimilik, ada prestasi akamedik dan non akademik. Keduanya sama-sama memberikan dampak positif bagi dirinya sendiri maupun orang lain atau bangsa.
Meski zaman ini banyak sekali perubahan yang ditemui di kalangan pelajar Indonesia, seperti gaya hidupnya, gaya mereka bergaul, atau gaya belajarnya yang sedikit tidak tearah, tidak membuat pelajar Indonesia berhenti menunjukkan sisi positifnya. Ada sebagian pelajar Indonesia yang menonjolkan sisi kreativitas walau nilai pada setiap pelajarannya rendah. Ada juga yang memiliki tingkatan kreativitas rendah, namun dalam pelajaran ia menonjol. Tidak ada salahnya bila seperti itu. Namun, kadang kala ada sebuah tuntutan yang entah berasal dari orangtua maupun guru untuk bisa anaknya atau muridnya ahli dalam setiap pelajaran. Dan terkadang mencap seorang anak ‘bodoh’ kalau ada sebagian atau mungkin seluruh nilai pelajaran di bawah rata-rata.
Setidaknya, begitu beragam karakter pelajar Indonesia. Ada mungkin yang dari lahir tidak memiliki bakat di bidang akademik dan non akademik, tapi dia memiliki semangat belajar yang tinggi dan senang bergaul dengan orang-orang pintar. Dan dengan sendirinya akan membentuk karakter anak tersebut.
Prestasi akademik sendiri merupakan prestasi yang dimiliki seorang pelajar yang didapat dari nilai-nilai dia sekolah. Pelajar dengan prestasi akademik sering menjadi sasaran teman lainnya sebagai tempat belajar. Karen nilai-nilai yang didapat sangat memuaskan, sehingga dapat membantu teman-temannya. Pelajar dengan karakter seperti ini juga sering diikutsertakan dalam lomba cerdas cermat. Di balik itu, tentu ada proses belajar. Belajar yang giat disertakan dengan usaha. Orang-orang seperti ini, biasanya juga sering berkutat dengan buku-buku atau menghabiskan waktu di perpustakaan. Namun, ada juga yang dari lahir memiliki tingkat IQ (intelligence quotient) yang tinggi sehingga dia hanya perlu mengasah sedikit. Anak dengan IQ yang tinggi itu harus bersyukur karena itu merupakan sebuah bonus yang tidak semua orang miliki. Ada pun sebagian anak yang berpendapat belajar sudah menjadi ‘candu’ dan aktivitas yang menyenangkan. Hingga tiap harinya tidak terlepas dengan buku pelajaran, meski jam belajar sekolah telah usai.
Dari pengalaman yang dimiliki, mungkin ada yang memiliki presepsi lain tentang anak yang memiliki nilai tinggi dalam setiap pelajaran. Ada yang nilainya tinggi, padahal belajar saat ada ulangan saja. Ada yang belajar mati-matian dan dari jauh hari, namun hasilnya tidak memuaskan. Untuk penjelasan yang kedua itu, sang anak akan merasa kecewa dengan hasilnya yang
berbanding terbalik. Disarankan untuk tidak memiliki sikap putus asa dan pesimis seperti itu. Dia merasa percuma lagi belajar, toh hasilnya akan seperti itu juga. Itu salah besar. Seperti kata guruku “Proses tidak akan pernah mengkhianati takdir.”
Jadi, dari segi prestasi akademik sendiri pun bercabang lagi karakternya bukan. Ada yang didapat karena dia sejak lahir memiliki IQ di atas rata-rata. Atau yang didapat ketika usianya berangjak remaja, dewasa, dan kemudian diolah lagi menjadi lebih bagus. Itu bisa dipahami bagaimana cara kita memandangnya. Tidak begitu rumit.
Yang seperti kita ketahui, prestasi non akademik merupakan prestasi yang berhubungan di luar mata pelajaran sekolah. Lebih mengutamakan skill. Untuk orang yang mempunyai prestasi non akademik juga harus bersyukur karena prestasi ini tidak didapatkan dengan instan, butuh latihan giat dan terus mengasah kemampuan. Peluang kerjanya pun beragam, bisa menjadi atlet, pekerja seni, dan lainnya. Kalau anak yang berprestasi di bidang akademik suka berpartisipasi pada lomba cerdas cermat, berbeda halnya dengan yang di bidang non akademik. Anak yang mahir dalam kegiatan olahraga, seni, atau lainnya bisa ikut serta dalam lomba pertandingan olahraga, atau lomba keterampilan.
Kalau ingin meraih prestasi akademik dengan bermodalkan otak, prestasi non akademik justru berbeda. Prestasi tersebut lebih mengutamakan modal fisik. Seperti contohnya seorang atlet sepak bola harus bermodalkan kaki untuk menendang atau tangan untuk wasit, atlet renang bermodalkan tangan untuk mendayung, atlet bulu tangkis harus menggunakan tangan. Dan untuk seniman pelukis, bermodalkan tangan untuk melukis. Eits.. tunggu dulu. Apa kalian tahu ada beberapa atlet atau pelukis hebat yang mempunyai kekurangan seperti tidak punya kaki, tangan atau penglihatan? Tapi mereka itu sukses, kan? Tentu ada satu kunci keberhasilannya. Tekadnya lebih kuat. Dia melupakan kekurangan yang sesekali dapat menghambatnya sukses. Dia tahu kemungkinan besar adanya kegagalan yang dia dapat, namun dia lupa untuk putus asa. Dia sudah tahu kesukaannya, hingga jika ada orang yang berkata tidak mungkin pun orang itu dengan cepat menepisnya. Jadi, seberapa banyak keraguan orang lain terhadap dirimu, kalau kamu memiliki tekad dan semangat yang lebih besar dari pada keraguan orang lain maka lakukanlah. Tidak ada yang tidak mungkin bila kita niat. Tentu yang menghambat sukses seorang pelajar bukan dirinya yang tidak memiliki kemampuan tapi karena pelajar tersebut tidak memiliki niat. Niat saja tidak punya bagaimana bisa terlaksana? Yang ada diam saja sampai tua.
Berbicara tentang prestasi dan sisi lain seorang pelajar. Saya sangat suka pelajar yang memberikan virus positif kepada temannya. Tidak memandang yang memberikan virus positif itu orang yang bodoh atau pintar. Karena saya percaya kata-kata ibu saya, tidak ada orang yang bodoh, yang ada hanya orang malas. Orang malas yang dapat membodohi dirinya sendiri, begitu tepatnya. Kembali kepada ‘virus’ itu sendiri. Virus yang dimaksud bukan virus yang berbahaya,
melainkan yang bermanfaat. Di Indonesia ini ada banyak orang-orang yang malas, dan banyak juga orang yang pintar. Dari semua itu, tentunya ada peranan seseorang yang memberikan virusnya. Entah dari teman, orangtua, kerabat, atau lainnya. Beruntunglah orang-orang yang tidak memiliki segudang prestasi tapi dapat tertular virus berprestasi dari temannya. Memang banyak orang rajin dan pintar di dunia ini, tapi sepertinya hanya sebagian yang mau menularkan virus rajinnya itu.
Seperti yang sudah saya jelaskan tentang tokoh-tokoh sukses dalam bidang di luar pelajaran, mereka sukses dengan tekadnya yang kuat. Dan sekarang kisahnya sudah menjadi inspirasi bagi orang-orang yang memiliki kisah sama. Mereka ajaib, dengan kisahnya orang-orang menjadi tergerak ingin seperti mereka. Benar, virusnya telah menyebar.
Sebenarnya menurut saya sendiri, tidak begitu penting banyaknya prestasi yang dimiliki pelajar. Selama dia bisa menebarkan virus positif kepada teman-temannya dan bisa mengendalikan dunia, saya rasa tidak perlu muluk-muluk untuk berprestasi. Karena pada kenyataannya, yang saya lihat di jendela luar sana, begitu banyak orang-orang pintar yang berkeliaran. Dan parahnya, orang-orang pintar tersebut memosisikan attitude di urutan yang sesekian atau bahkan terbelakang. Miris bukan? IQ (Intelligence Quotients), EQ (Emotional Quotients), SQ (Spiritual Quotients), pelajarilah itu untuk seluruh pelajar Indonesia, tidak mesti seluruhnya dikuasai cukup dasar-dasarnya saja. Insya Allah membawa para pelajar memahami arti pelajar yang sebenarnya dan tidak mengecewakan orangtua.
Terakhir, sebaiknya untuk para guru atau orangtua tidak perlu untuk menuntut sang anak menjadi juara kelas, nasional, bahkan internasional. Menuntut akan membuat anak tersebut tertekan dan mulai melupakan tugasnya sebagai pelajar, yaitu menjadi generasi yang membanggakan. Namun, untuk para orangtua cobalah mencari tahu letak potensi, minat dan bakat sang anak. Berusaha menjadi teman yang nyaman dan membuat sang anak semangat menggapai cita-citanya. Karena orang sukses tidak melihat apakah dia bodoh atau pintar, tidak melihat berapa banyak yang ia miliki di rumah. Terkadang orang sukses yang berhasil berawal dari pengalaman sebelumnya yang membuat dia memiliki semangat tinggi. Pelajar Indonesia akan sukses jika memiliki semangat yang tinggi. Orang pintar pun akan kalah dengan orang yang memiliki semangat. Jadi, tidak semua pelajar Indonesia sama. Ada sisi di mana mereka menjadi bintang, kemudian redup, lalu menjadi bintang kembali yang lebih bersinar.
www.ernawatililys.com

MENGAPA SAYA HARUS MENULIS ?

00.25 0 Comments A+ a-

Menulis adalah bagian penting dalam kehidupan seseorang. Proses manusia untuk menuangkan segala pikiran yang tersimpan di dalam otaknya. Perasaan sedih, senang, kecewa, marah, dan lain-lain bisa kita curahkan ke dalam sebuah tulisan. Semua perasaan yang kita miliki bisa kita tuangkan ke dalam sebuah lembaran atau notes, saat tak ada yang bersedia mendengarkan keluh senang maupun sedih.

Sebagian orang berpendapat bahwa menulis harus memiliki skill yang bagus dan baik. Harus merangkai kata-kata sedemikian bagusnya dan puitis, yang membuat orang lain susah mengerti. Perlu diketahui, menulis merupakan media paling hebat, media yang dapat mempengaruhi pikiran orang banyak. Menulis tidak perlu menggunakan bahasa yang tinggi dan tidak mudah dipahami oleh pembaca. Gunakan bahasa sederhana dan bersahabat dengan pembaca. Belajar mengasah diri menjadi seseorang penulis yang pandai mengajak dan menarik perhatian pembaca.

Kenapa kita — anak-anak, remaja, dewasa, dan orang tua perlu menulis? Dalam artian di sini, saya bukan membahas tentang bagaimana menjadi seorang ‘Penulis’ tapi belajar menulis. Menulis tidak pernah dibatasi dengan usia, status sosial, atau bahkan jenis kelamin. Semua kalangan bisa memiliki hak menulis apa yang ingin ditulisnya selagi itu bermanfaat bagi pembaca dan dirinya sendiri. Semua kalangan berhak merasakan efek positif dari menulis.
Tidak ada salahnya menulis. Membaca juga merupakan bagian dari melatih kemampuan menulis. Bagi saya, bagian paling menggembirakan adalah  proses dari menuangkan ide ke dalam bentuk tullisan. Proses di mana kita menjadi dewasa dengan kata-kata. Proses di mana kita akan berdamai dengan kebebasan. Khusus, kebebasan menulis itu sendiri. Tidak perlu muluk-muluk untuk menjadi penulis. Tidak perlu harta yang berlimpah, kedudukan yang tinggi, wajah yang rupawan, atau lainnya. Hanya perlu ide. Belajar mengembangkan ide yang menarik dengan sering membaca dan menambah wawasan lewat media apapun. Seperti televise, radio, dan alam pun bisa dijadikan sebagai media mengembangkan ide. Untuk yang baru belajar pun, buat cerita sederhana saja.  Hanya catat saja ide apapun itu agar tidak lupa.
Budaya menulis amat jarang dilakukan oleh seseorang. Padahal sebuah tulisan dapat mempengaruhi kemajuan sebuah bangsa. Tulisan dapat merubah cara pandang seseorang akan sesuatu hal. Meskipun, tak hayal orang menganggap menulis adalah sebuah kegiatan biasa. Padahal menulis juga merupakan kegiatan untuk mengasah kreativitas seseorang. Orang yang memiliki kreativitas akan beruntung kelak, karena dunia kreatif tidak akan ada matinya.

Orang yang berhenti menulis, perkataannya akan membosankan. Kata yang digunakan akan diulang-ulang, tak bervariasi dan berubah-ubah. Dan akan membosankan jika berbicara atau menuangkan sebuah tulisan. Tulisan meskipun sederhana jika kata-kata yang digunakan hanya itu saja, juga akan membosankan bagi pembaca. Boleh saja penulis menggunakan bahasa yang sederhana dan tidak tinggi, tapi ingat! Kata-kata bervariasi juga diperlukan.

Kalian pernah mendengar kisah seorang anak SMA yang bernama Nurmillaty Abadiah yang menulis sebuah surat terbuka untuk Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Bapak M. Nuh. Sebuah tulisan tentang argumentasi dirinya terhadap Ujian Nasional yang dirasa sulit. Sebuah tulisan yang mampu membuat geger dunia pendidikan Indonesia. Nurmillaty yang dianggap hebat dengan hanya sebuah tulisannya itu, dan mampu mewakili perasaan pelajar Indonesia yang kala itu tengah menghadapi kelulusan mereka.
Bisa dibayangkan tulisan dapat merubah pola pikir seseorang. Dapat mengungkap fakta yang telah dipendam. Dapat merubah yang tidak tahu menjadi tahu. Semua bisa digali melalui tulisan.

Dan pertanyaan saya sendiri adalah, mengapa saya harus menulis? saya memiliki banyak alasan untuk menulis dan tidak memiliki alasan untuk tidak menulis. Menjadi seorang penulis adalah salah satu impian saya, Dan dengan menulis, perlahan saya dapat menggapai impian tersebut. Jadi, kenapa saya harus menulis, karena saya ingin menjadi seorang penulis.  

Terkadang saya sempat berpikir untuk berhenti menulis karena ide yang belum muncul bukannya tidak muncul. Namun, setelah itu saya bangkit lagi. Mulai memainkan jemari saya di atas keyboard laptop atau sekedar mengetik kata-kata singkat di handphone. Apapun saya tulis. Entah itu berupa cerita fiksi, atau kejadian yang saya alami di hari itu. Jadi, setiap hari saya harus menulis, barang satu atau dua kalimat pun. Penting atau tidak tulisan itu, saya tulis saja dan simpan. Barang kali dibutuhkan sewaktu-waktu.
Saya mulai menyukai dunia menulis saat kelas sembilan SMP. Saat itu saya memiliki masalah yang besar. Yang saya tidak bisa mengadu kepada orangtua atau teman. Dan saya mencoba tuangkan dalam sebuah tulisan. Saat saya tuangkan, seperti beban dalam hidup saya sedikit berkurang. Meski sedikit, itu bermanfaat. Begitulah akhirnya saya berlanjut menulis. Seterusnya, hal sekecil apapun saya tulis. Setelah sekian lama, saya melihat-lihat bentuk tulisan saya dan saya dapat mengetahui perkembangan bentuk tulisan saya. Yang pada awalnya ‘hanya’ sekedar menulis dan pada akhirnya tulisan saya lebih terangkai dengan baik di banding sebelumnya. Hal ini karena saya giat berlatih untuk menulis.


Saat keberadaanmu tidak dianggap, menulis lah. Saat perkataanmu tidak di dengar, menulis lah. Saat momen bahagia mendatangimu, menulislah. Saat momen sedih mengusikmu, menulislah. Saat kakimu melangkah keluar, menulis lah. Tidak perlu waktu bahagia dan sedih saja kamu menulis. Karena kita tidak tahu apa yang terjadi esok hari. Buat saja sebuah kenangan berupa tulisan yang akan dikenang massa dan zaman. 

MAGNET (Wattpad) - Cerbung

01.45 2 Comments A+ a-

Baca cerita baruku ya.



Berikut Sinopsisnya .....

Glo harus menanggung perbuatan keji orangtuanya. Malu. Itulah perasaan yang dapat menggambarkan dirinya sekarang. Glo harus menahan malu. Ayahnya harus masuk dalam jeruji besi karena sudah menjadi seorang pedofilia. Lebih lagi, Ibunya memiliki nasib yang sama dengan berurusan dengan penjara karena seorang Pekerja Seks Komersial.

Tak hanya mendapat makian dan hinaan dari teman sekolahnya. Glo pun dengan sabar menghadapi pamannya yang kasar.

Melalui tugas kelompok yang diberikan gurunya, seorang Juna yang juga teman sekelas Glo, datang untuk perlahan mengubah keadaan. Membantu Glo untuk menendang jauh sifat takut gadis itu.

Seorang Juna yang seperti merubah panas menjadi sejuk, merubah tangis menjadi tawa, gelisah menjadi percaya, juga akan menggoreskan sebuah takdir yang tak akan pernah diinginkan Glo. 






Untuk pemainnya :

Park Shin Hye sebagai Glo
Sung Jae BtoB sebagai Juna
Kim Bum sebagai Boy
Krystal Jung sebagai Ara

untuk cerita selengkapnya silahkan    >> KLIK MAGNET