MENGAPA SAYA HARUS MENULIS ?
Menulis adalah bagian
penting dalam kehidupan seseorang. Proses manusia untuk menuangkan segala
pikiran yang tersimpan di dalam otaknya. Perasaan sedih, senang, kecewa, marah,
dan lain-lain bisa kita curahkan ke dalam sebuah tulisan. Semua perasaan yang kita
miliki bisa kita tuangkan ke dalam sebuah lembaran atau notes, saat tak ada
yang bersedia mendengarkan keluh senang maupun sedih.
Sebagian orang
berpendapat bahwa menulis harus memiliki skill yang bagus dan baik. Harus merangkai
kata-kata sedemikian bagusnya dan puitis, yang membuat orang lain susah
mengerti. Perlu diketahui, menulis merupakan media paling hebat, media yang
dapat mempengaruhi pikiran orang banyak. Menulis tidak perlu menggunakan bahasa
yang tinggi dan tidak mudah dipahami oleh pembaca. Gunakan bahasa sederhana dan
bersahabat dengan pembaca. Belajar mengasah diri menjadi seseorang penulis yang
pandai mengajak dan menarik perhatian pembaca.
Kenapa kita —
anak-anak, remaja, dewasa, dan orang tua perlu menulis? Dalam artian di sini,
saya bukan membahas tentang bagaimana menjadi seorang ‘Penulis’ tapi belajar
menulis. Menulis tidak pernah dibatasi dengan usia, status sosial, atau bahkan
jenis kelamin. Semua kalangan bisa memiliki hak menulis apa yang ingin
ditulisnya selagi itu bermanfaat bagi pembaca dan dirinya sendiri. Semua
kalangan berhak merasakan efek positif dari menulis.
Tidak ada salahnya
menulis. Membaca juga merupakan bagian dari melatih kemampuan menulis. Bagi
saya, bagian paling menggembirakan adalah proses dari menuangkan ide ke dalam bentuk
tullisan. Proses di mana kita menjadi dewasa dengan kata-kata. Proses di mana
kita akan berdamai dengan kebebasan. Khusus, kebebasan menulis itu sendiri. Tidak
perlu muluk-muluk untuk menjadi penulis. Tidak perlu harta yang berlimpah,
kedudukan yang tinggi, wajah yang rupawan, atau lainnya. Hanya perlu ide.
Belajar mengembangkan ide yang menarik dengan sering membaca dan menambah
wawasan lewat media apapun. Seperti televise, radio, dan alam pun bisa
dijadikan sebagai media mengembangkan ide. Untuk yang baru belajar pun, buat
cerita sederhana saja. Hanya catat saja
ide apapun itu agar tidak lupa.
Budaya menulis amat
jarang dilakukan oleh seseorang. Padahal sebuah tulisan dapat mempengaruhi
kemajuan sebuah bangsa. Tulisan dapat merubah cara pandang seseorang akan
sesuatu hal. Meskipun, tak hayal orang menganggap menulis adalah sebuah
kegiatan biasa. Padahal menulis juga merupakan kegiatan untuk mengasah
kreativitas seseorang. Orang yang memiliki kreativitas akan beruntung kelak,
karena dunia kreatif tidak akan ada matinya.
Orang yang berhenti
menulis, perkataannya akan membosankan. Kata yang digunakan akan diulang-ulang,
tak bervariasi dan berubah-ubah. Dan akan membosankan jika berbicara atau
menuangkan sebuah tulisan. Tulisan meskipun sederhana jika kata-kata yang
digunakan hanya itu saja, juga akan membosankan bagi pembaca. Boleh saja
penulis menggunakan bahasa yang sederhana dan tidak tinggi, tapi ingat!
Kata-kata bervariasi juga diperlukan.
Kalian pernah mendengar
kisah seorang anak SMA yang bernama Nurmillaty Abadiah yang menulis sebuah
surat terbuka untuk Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Bapak M. Nuh. Sebuah
tulisan tentang argumentasi dirinya terhadap Ujian Nasional yang dirasa sulit.
Sebuah tulisan yang mampu membuat geger dunia pendidikan Indonesia. Nurmillaty
yang dianggap hebat dengan hanya sebuah tulisannya itu, dan mampu mewakili
perasaan pelajar Indonesia yang kala itu tengah menghadapi kelulusan mereka.
Bisa dibayangkan
tulisan dapat merubah pola pikir seseorang. Dapat mengungkap fakta yang telah
dipendam. Dapat merubah yang tidak tahu menjadi tahu. Semua bisa digali melalui
tulisan.
Dan pertanyaan saya
sendiri adalah, mengapa saya harus menulis? saya memiliki banyak alasan untuk
menulis dan tidak memiliki alasan untuk tidak menulis. Menjadi seorang penulis
adalah salah satu impian saya, Dan dengan menulis, perlahan saya dapat menggapai
impian tersebut. Jadi, kenapa saya harus menulis, karena saya ingin menjadi seorang penulis.
Terkadang saya sempat
berpikir untuk berhenti menulis karena ide yang belum muncul— bukannya tidak muncul.
Namun, setelah itu saya bangkit lagi. Mulai memainkan jemari saya di atas
keyboard laptop atau sekedar mengetik kata-kata singkat di handphone. Apapun
saya tulis. Entah itu berupa cerita fiksi, atau kejadian yang saya alami di
hari itu. Jadi, setiap hari saya harus menulis, barang satu atau dua kalimat
pun. Penting atau tidak tulisan itu, saya tulis saja dan simpan. Barang kali
dibutuhkan sewaktu-waktu.
Saya mulai menyukai
dunia menulis saat kelas sembilan SMP. Saat itu saya memiliki masalah yang
besar. Yang saya tidak bisa mengadu kepada orangtua atau teman. Dan saya
mencoba tuangkan dalam sebuah tulisan. Saat saya tuangkan, seperti beban dalam
hidup saya sedikit berkurang. Meski sedikit, itu bermanfaat. Begitulah akhirnya
saya berlanjut menulis. Seterusnya, hal sekecil apapun saya tulis. Setelah
sekian lama, saya melihat-lihat bentuk tulisan saya dan saya dapat mengetahui
perkembangan bentuk tulisan saya. Yang pada awalnya ‘hanya’ sekedar menulis dan
pada akhirnya tulisan saya lebih terangkai dengan baik di banding sebelumnya. Hal
ini karena saya giat berlatih untuk menulis.
Saat keberadaanmu tidak
dianggap, menulis lah. Saat perkataanmu tidak di dengar, menulis lah. Saat
momen bahagia mendatangimu, menulislah. Saat momen sedih mengusikmu,
menulislah. Saat kakimu melangkah keluar, menulis lah. Tidak perlu waktu
bahagia dan sedih saja kamu menulis. Karena kita tidak tahu apa yang terjadi
esok hari. Buat saja sebuah kenangan berupa tulisan yang akan dikenang massa
dan zaman.